Idealnya, seorang anak dibesarkan dalam keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Tetapi kadangkala keadaan “memaksa” seorang ibu membesarkan anak seorang diri. Meski si ibu sudah merawat dan memperhatikan si anak, tapi tetap saja ada dampak psikologis yang akan dialami oleh anak yang dibesarkan tanpa figur ayah. Sosok ayah dalam hidup gue masih terlihat samar-samar, gue hanya bisa merasakan belaian ayah selama seperkian tahun dari hari kelahiran gue, ketika gue balita sosok seseorang yang bernama ayah tersebut pergi meninggalkan kehidupan gue.
Disaat siang hari gue melihat seorang anak kecil yang jalan bersampingan dengan seorang laki-laki yang dipanggil dengan nama ayah, ia terlihat riang gembira, sejenak gue berfikir hidup sepertinya akan terasa lebih sempurna dengan adanya sosok ayah. Suara anak kecil tadi yang memanggil dia ayah sesekali hampir menampakkan ingatanku dan mengaburkan lamunanku yang sesekali menciptakan kebisuan dan tampak ada segurat bayangan tua dibenakku, sebuah bayangan klise tersenyum dengan kerut di pipinya.
Ya Tuhan.. Senyum itu adalah senyum yang dulu biasa gue lihat setiap saat walaupun masih terlihat samar.
Senyum yang selalu ingin bisa gue miliki seutuhnya dan senyum dari seseorang yang selalu mampu buat hati ini bergetar. Meskipun hadirnya hanya dalam bentuk klise tapi gue tetap merasa dia nyata dalam hidup gue.
Seketika pada saat gue sedang berkumpul dengan teman-teman, ada salah satu teman gue yang bertanya ke gue, pertanyaannya simpel "Al, kok gue belum pernah liat bapak lo sih? kita kan berteman sudah sejak sekolah dasar" Tapi entah kenapa mulut gue menjawab dengan kedustaan belaka, seolah-olah gue masih ingin menganggap sosok ayah selalu ada. Dan ketika gue masih berseragam putih merah tak jarang gue iri melihat temanku bisa jalan-jalan sekeluarga bersama, bersih-bersih rumah bersama, nonton TV bersama dan bercanda serta tertawa bersama. Setiap gue ingat hal itu air mata ini tak dapat gue bendung, bersyukurlah kalian yang masih memiliki sosok ayah. :')
Tapi gue pun bersyukur karena tuhan telah memberi gue malaikat tak bersayap yang setia menjaga gue dari kecil sampai sekarang, ya itu adalah sosok ibu. Senyumannya mampu menyaingi indahnya bintang-bintang yang sedang melukis langit di malam hari. Ibu adalah segalanya dalam hidup gue, tidak dipungkiri semua orang mungkin berpendapat sama dengan gue. Iya kan?
Dan kali ini gue sengaja buat puisi ini untuk mamah gue, gue dedikasihkan tepat di hari ibu ini. Puisi ini adalah seperkian kado kecil yang cuma bisa gue kasih di hari ibu ini.
Terima Kasih Ibu
Pengabdiamu sungguh besar memberi arti kehidupan bagiku
Engkaulah malaikatku di dunia ini
Kasihmu, cintamu, pelukanmu, dan dekapanmu
Bahkan kemarahanmu
Itu semua demi kebaikanku
Itu semua demi masa depanku
Apa jadinya jika aku berjalan tanpa bimbinganmu
Dibalik senyummu terselip
keletihanmu
Tapi engkau selalu langkahkan kakimu untuk masa depanku
Demi memberi harapan baru bagi masa depan ku
Walau secercah cacian selalu menimpamu
Walau seberat hinaan menerpamu
Tapi engkau selalu langkahkan kakimu untuk masa depanku
Demi memberi harapan baru bagi masa depan ku
Walau secercah cacian selalu menimpamu
Walau seberat hinaan menerpamu
Itu semua kau anggap angin lalu
Tapi.. Tak sedetik pun menghentikan semangatmu
Bukan gulungan uang yang kau harapkan dalam kesuksesanku
Bukan pula harta berlimpah yang kau harapkan dalam keberhasilanku
Bukan gulungan uang yang kau harapkan dalam kesuksesanku
Bukan pula harta berlimpah yang kau harapkan dalam keberhasilanku
Melainkan raut kebahagiaan yang kau harapkan dariku
Terima kasih ibu
Terima kasih ibu
Aku menyayangimu sejak dulu sampai detik ini bahkan sampai aku
tak lagi bersamamu
Aku menyayangimu dengan ketulusan hatiku
‘Mah’ Selamat hari ibu, bagiku bukan hanya di hari ibu saja
aku menyayangimu
Setiap hari bagiku adalah hari ibu karna rasa kasihku tak akan
habis sampai kapanpun :’)
I Love You Mom :))
Ini kisah nyatamu? Sama persis denganku.. Makasih sudah banyak menginspirasi :)
BalasHapus