Sehabis bel pulang berbunyi gue langsung menuju ke lapangan
basket, sambil menunggu laura gue pun berfikir untuk menyusun kata-kata, gue
emang orangnya canggung kalau dekat wanita mungkin ini penyakit gue yang gak
bisa hilang dari dulu. Iya penyakit kurang percaya diri.
“Hey Al, udah lama ya nunggu, maaf ya” terdengar jelas suara
wanita dari arah belakang, yah dia Laura.
“Oh
ya nggak kok, nyantai aja” jawab gue sedikit grogi.
“Mau ngomong apa nih?” tanya dia sambil tersenyum.
Gue semakin grogi melihat senyumannya, senyuman dia seolah
merasuk ke dalam tubuh gue membuat mulut gue terkunci.
“Hmmm… gini.. kamu.. kamu pulang sama siapa? Sebelumnya
ganggu nggak?” tanya gue semakin grogi, bego banget sih gue kenapa nanyain yang
nggak penting, dalam hati pengen gue jedotin kepala ini ke pintu.
“Hahaha nyantai aja kok, aku biasa pulang sama Sinta temen aku,
tuh dia yang lagi duduk” jawab Laura sambil menunjuk seorang wanita yang sedang
duduk dari kejauhan.
Laura sepertinya tahu melihat wajah gue yang sedang
kebingungan menyusun kata-kata, dia tertawa kecil melihat tingkah gue.
Gue beranikan diri, menggerakan tangan gue lalu meraih
tangan laura dan menggenggamnya.
“Laura, kamu mau nggak jadi pacar aku?” Gue menelan ludah sambil
menutup mata, semoga harapan gue dia mau nerima cinta gue.
Laura malah tersenyum mendengar kata-kata gue.
“Memangnya kamu suka sama aku? Sejak kapan?”
Gue coba meyakinkan dia, gue coba menatap matanya tanpa
berkedip.
“Iya Ra, aku suka sama kamu sejak kita saling sms-an, kamu
itu orangnya care banget, yang jelas aku mulai jatuh cinta sama kamu”
“Hahaha, kamu lucu ya”
“Hah? Kenapa? Kok ketawa?” gue terlihat bingung melihat
sikap Laura.
“Gak apa-apa. Iya aku juga suka kok sama kamu Al, aku mau kok” jawab dia sambil tersenyum.
“Jadi sekarang kita jadian nih? Kamu serius mau jadi pacar
aku?” tanya gue penasaran.
“Iyaa aku serius kok” kata Laura sambil tersenyum manis.
Gue tertawa lega mendengar kata-kata Laura.
“Jadi dari tadi kamu diam karena mau nembak aku ya? Hahaha” tanya Laura sambil menahan tawa.
“Iya, aku grogi banget hehehe”
Cinta memang tidak pernah diduga kapan datangnya, bahkan
sulit ditebak, tapi sekarang gue dan Laura sudah resmi menjalin hubungan, iya
kita berpacaran.
Biasanya sepasang kekasih akan melakukan hal-hal romantis,
tapi tidak dengan kita berdua. Di sekolah kami bersikap wajar seperti biasanya,
walaupun teman-teman sudah banyak yang tahu kalo kami sudah berpacaran. Kita
berpegang pada pendirian masing-masing kalau kita sama-sama mementingkan
belajar, kita hanya menggunakan waktu pulang sekolah untuk dijadikan kesempatan
saat-saat yang romantis seperti jalan berdua.
Suatu hari kita sedang jalan-jalan berdua di mall.
“Sekarang kita mau kemana?” tanya gue.
“Hmm.. kemana ya bingung, gimana kalau kita ke tempat
bakery, mau nyari kue yang manis-manis nih hehehe”
“Tapi nanti aku bisa kena diabetes kalo makan kue yang
manis-manis”
“Tenang aja lagian cuma sedikit kok. Ayo dong anterin aku”
sambil tersenyum pada gue, senyuman itu yang selalu bikin gue luluh.
“Kuenya sih sedikit tapi kalau aku selalu bertemu wajah kamu
yang manis ini, aku bisa tetap kena diabetes juga hehehe” gue coba menggoda Laura.
“Ihhhhh jelek dasar.. gombal mulu!” seru laura sambil
mencubit lengan gue.
Hari ini gue bahagia banget bisa melihat senyuman dia lagi,
bahkan belakangan ini gue hampir lupa dengan tugas-tugas sekolah karena terlalu sering menghabiskan waktu
bersama Laura karena bagi gue masa-masa minggu pertama dalam pacaran adalah masa-masa paling indah
layaknya di surga, detik demi detik gue ingin selalu menemani dia.
(To Be Continued)
Jadi senyum-senyum sendiri baca ceritanya.
BalasHapusBayangin kalo itu beneran :v
Ini realita kok hehehe :))
Hapus